Tuesday, January 29, 2008

 

Palu Arit


Dua suku kata yang pernah menjadi suatu hal terlarang pada masa Orde Baru: Palu dan Arit! Ternyata kata itu tidak hanya sekadar gambar yang menjelaskan kedua benda itu. Namun itu adalah ideologi (yang katanya membahayakan). Era kepemimpinan Soeharto memberangus apa yang berbau komunis. Dan palu arit adalah lambangnya. Tapi kini entahlah, lambang itu masih dianggap sebagai ideologi yang membahayakan negara atau tidak. Seperti kaos yang dipakai seorang kawan ini. Saat makan siang di warung tenda belakang Balai Kota, saya memerhatikan ada lambang palu arit pada tengah grafiti anak-anak punk. Yang jelas, menurut saya, ia mengenakan kaos itu sebagai bentuk budaya pop, agar tampak berbeda dengan yang lain. Sama halnya orang yang memakai kaos tokoh Che Guevara
Melihat kaos itu saya teringat album kaset Atik CB sempat dilarang beredar di tahun 90-an. Gara-garanya ada bentuk lambang palu arit pada aksesoris yang dikenakannya.
Zaman kini telah berubah....
Bila kaos itu dipakai pada masa Pak Harto gimana ya.....?

Labels:


Monday, January 28, 2008

 

Untuk Pak Harto






Kabar itu akhirnya tersiar juga di seantero negeri. Pak Harto, mantan presiden yang mengecap kekuasaannya selama 32 tahun itu mangkat Minggu (27/1) pukul 13.10. Sengaja ditulis akhirnya, bukan bermaksud, kepergiannya ditunggu. Itu merupakan pemberitaan media massa, baik cetak ataupun elektronik, selama 24 hari ia dirawat di RS Pertamina Jakarta. Perkembangan kesehatan apapun diamati detil. Yahh... sebagai makhluk Tuhan kita hanya bisa pasrah. Bila kematian telah mengundang, siapapun takkan bisa menolaknya.
Gambar ini memperlihatkan respon warga Semarang saat mendengar kabar mangkatnya Pak Harto. Doa bersama di Tugu Suharto. Bendera setengah tiang dikibarkan. Dan tukang-tukang gendong di Pasar Johar pun menghentikan aktivitasnya untuk mengikuti siaran langsung prosesi pemakaman di Astana Giribangun. Bandara A Yani pun menyediakan posko informasi, meski bandara itu sedikit dilewati para pelayat.

Labels:


Saturday, January 26, 2008

 

Durian Gunungpati



Sengaja ke Gunungpati cari durian! Asiiikkk.... Rame-rame menyerbu rumah Pak Muhaimin, bakul duren di Patemon. Di rumahnya bisa makan sepuasnya sampai mblenger bahkan muntah-muntah he.. he.. he.. Yang enak duren agak pait-pait, terlihat basah, dan tentu saja dagingnya empuk. Lebih enak lagi karena ini makan sepuasnya secara gartis. FBS Unnes jadi sahibul bait untuk acara makan-makan setengah hari ini. Kalo masih kurang bisa beli bawa pulang. Dan, baunya siap ditebar di sepanjang jalan.

Labels:


Friday, January 25, 2008

 

Mei Hwa



Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan merah muda. Biasanya pohon ini bisa dilihat dengan berbagai ukuran. Setiap imlek sudah pasti banyak tempat yang memajang pohon plastik ini, selain lampion dan pohon jeruk. Seperti terlihat di Rumah Makan Kampung Laut. Seorang pekerja memasang daun-daun di sebuah batang pohon asli yang sudah kering ini. Ya, bunga ini namanya Mei Hwa

Tuesday, January 22, 2008

 

Kota Punk






Rambut model tidak jelas, mohawk, jabrik, gimbal, dan blontang-blontang. Sementara baju lusuh, celana jins ketat, jaket sobek-sobek, anting menghias di berbagai sudut organ tubuh. Begitu pula sepatu hingga rantai menggelayut di bokong. Wah.... Kawasan Kota Lama menjadi Kota Punk? Ratusan punk memang menyemut di salah satu lorong Kota Lama akhir pekan lalu dengan dandanan khasnya.
Ada apakah? Ternyata ada panggung musik, yang katanya total punk!!!
Mereka dicitrakan berkeliaran di jalanan, bahkan tidak segan tiduran. Rupanya sebagian dari mereka menjadikan sebagai jalan hidup, dan sebagian lain menjadi sekadar fashion.
Mengutip Wikipedia punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.

Labels:


Monday, January 21, 2008

 

Buang Sengkala



Ingin buang sial, kesusahan hidup, kesehatan, barangkali ruwat bisa menjadi satu jalan. Meski kehidupan modernisasi tengah berlangsung, keyakinan membuang sial atau sengkala melalui ruwat tetap dipegang teguh sebagian masyarakat. Seperti ini nih, 65 orang mengikuti ruwat massal di auditorium RRI Minggu (20/1). Mereka datang dari semarang, Pati, Brebes, dan kota-kota pantura lainnya. Usia yang ikut pun beragam, mulai 2 tahun sampai 83 tahun.
Ritual yang bersumber dari tradisi Jawa ini dilakukan bagi orang-orang yang masuk dalam kategori perlu diruwat. Ada 60 kategori orang yang perlu diruwat atau sukerta, antara lain anak kembar, anak bungkus, anak onthang-anthing, sendang kapit pancuran, pancuran kapit sendang, kembang sepasang, kendaha-kendhini. Sesuai Pakem Ruwatan Murwa Kala disebutkan 60 jenis sukerta itu telah dijanjikan oleh Sang Hyang Betara Guru kepada Batara Kala untuk menjadi santapan atau makanannya. Karenanya lakon wayang kulit yang dipimpin dalang ruwatan Ki Manteb Sudharsono di Auditorium RRI itu menceritakan Batara Kala mengejar sukerta.
Ritual ruwat itu dimulai dari pengenaan baju serba putih tanpa jahitan, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka berjalan beriringan memasuki tempat ruwat. Selanjutnya peserta ruwat bersimpuh di hadapan orang tuanya untuk memohon doa restu. Usai itu dalang memainkan wayang kulit dengan membaca mantra diakhir pagelaran.
Prosesi berikutnya yaitu siraman yang melambangkan pembersihan diri dari segala sesuatu yang melekat di badan. Baju serba putih yang dipakai itu nanti dilarung di laut.

Labels:


Sunday, January 20, 2008

 

Bubur Sura



Ada kebiasaan yang saya jumpai di kampung saya di bulan sura ini, yakni bubur sura. Dinamakan demikian karena memang seringkali dibuta untuk merayakan Peringatan 1 Muharam dalam penanggalan hijriyah atau 1 Sura dalam penanggalan Jawa, yang jatuh pada tanggal 10 Januari lalu. Biasanya diwarnai dengan makan bubur sura bersama saat tirakatan. Bubur berwarna kuning dengan ditambah sambal goreng hati, irisan telur dadar tipis-tipis, perkedel, tahu, dan abon ini terasa khas.





Seperti halnya, kegiatan malam 1 Sura yang digelar di berbagai kampung lain. Acara dibuat sederhana dengan menggelar tikar di sepanjang jalan kampung dengan beratap tratak. Semua warga, mulai anak-anak hingga orang tua, berkumpul untuk memanjatkan doa awal tahun. Tentunya, permohonan yang diajukan yaitu mendapat keberkahan dan kebaikan dalam satu tahun mendatang.
Sebelumnya, boleh-boleh saja, antar warga saling berkirim bubur sura, layaknya lebaran yang saling berkirim menu ketupat. Biasanya, saling berkirim bubur sura iut dilakukan sore hari. Tidak heran bila suasana menyambut tahun baru hijriyah1929 ini pun terasa ramai.
Selain itu bubur sura ini juga muncul lagi pada Peringatan Asyura 10 Muharram atau bertepatan 19 Januari. Ini untuk memeringati hari syahidnya Imam Husein, putra Imam Ali bin Abi Thalib.
Entah darimana tradisi bubur ini, yang jelas bubuur ini enaaaaa..kk bangettt.

Saturday, January 19, 2008

 

Merah di Pecinan



Imlek masih sebulan lagi. Tapi yang namanya cari rejeki harus ancang-ancang dulu dunk! Pedagang tiban baju-baju model oriental warna merah menyala tidak mau ketinggalan. Barangnya pun digelar. Dan la ris ma nis!! Tempatnya di salah satu ujung Jalan Wotgandul Timur. Dekat jembatan menuju Klenteng Tay Kak Sie kawasan Pecinan. Harganya antara Rp 15.000-60.000/potong. Gong Xi Fa Cai!!

Labels:


This page is powered by Blogger. Isn't yours?